Rabu, 11 Juni 2014

HARAPAN SCHIZOPHRENIA BISA SEMBUH

Setiap kali saya mengantar si bungsu periksa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin bandung, ternyata kami tidak sendirian. Antrian pun ada 10 (sepuluh) orang, itu berarti dalam sehari ada pasien 10  (sepuluh) orang setiap bulannya yang datang sewaktu dengan kami... belum yang datang yang tidak sewaktu dengan kami mungkin lebih dari 10  (sepuluh) orang. Anggaplah sedikitnya 10  (sepuluh) orang pasien dengan Schizophernia, jika dalam seminggu hanya 5 (lima) hari kerja maka sebulan ada 20 (duapuluh) hari x 10  (sepuluh) orang = 200 (dua ratus) orang yang sakit Schizophernia. Silahkan hitung sendiri jika di tiap rumah sakit ada bagian poli jiwanya., saya hitung hanya di rumah sakit hasan sadikin saja.

Coba jika anda tengok di cisarua lembang, antrian bisa puluhan orang.. bahkan si Bungsu ketika dibawa ke Cisarua dia tidak tahan untuk menunggu lama, dia mulai tidak nyaman dan bolak balik toilet, makanan dimakan semua sampai mau muntah. Setelah tidak tahan dia mulai berteriak dan meminta kami untuk pulang saja. Saya yang mengantar bersama adik saya yang perempuan ketakutan ketika dia mulai histeris.
Anehnya, para dokter dan suster terlihat tidak panik, mungkin sudah terbiasa dengan hal semacam itu. Kami terus mencoba menenangkannya sampai akhirnya si Bungsu kabur keluar mau pulang. kami pun mengejarnya dan membujuknya untuk kembali ketempat antrian.

Ya... Cisarua lembang... beratus mungkin beribu orang dengan Schizophernia ringan sampai akut ada disana. Saya sebagai seorang kakak yang mempunyai adik dengan pasien Schizophernia merasa tidak sendirian disana, saking banyaknya orang-orang yang bernasib sama dengan adikku. Disekeliling kami penuh dengan orang-orang aneh (menurutku) tetapi tidak bagi penderita karena mereka tidak merasa sakit ataupun berbeda secara tidak sadar. Ada yang diam saja dipojokan, ada yang duduk sambil bengong, ada yang sedang tertawa terbahak-bahak, bahkan ada yang berteriak-teriak mencaci maki mantan suaminya, sampai bahasa kotor dan porno keluar dari mulutnya. Saya pertama kali datang merasa ketakutan, tetapi lama-lama saya kebal terhadap mereka bahkan merasa iba.

Saya yakin mereka datang kerumah sakit dengan harapan bisa sembuh dan kami pun demikian.. agar adik kami bisa sembuh dari penyakit ini tetapi dibutuhkan kesabaran dan waktu yang cukup lama bahkan tidak bisa hanya berobat saja, dukukungan keluarga pun sangat diperlukan agar semangat mereka tumbuh untuk bisa sembuh dari penyakitnya.

Terkadang dilema buat kami, ketika kami harus berada disampingnya tetapi dia sangat berbahaya bagi kami. Mencoba untuk bertahan dengan keadaan yang seperti itu, dia tetap adik bungsu kami dan kami sangat menyayanginya.. sangat.. sedih memang harus berada disamping si bungsu yang membutuhkan kami tetapi tanpa kami prediksi dia akan secepat kilat menyerang kami... seperti Hulk di film-film... yang kami alami bukan film tetapi kenyataan yang harus kami hadapi setiap harinya bahkan tiap detik kami tidak pernah tenang karena secara tiba-tiba sibungsu akan berubah menjadi orang yang tidak kami kenal. Namun, cukuplah dengan mengerti dan memahami apa yang sedang si bungsu alami.. itu bisa membuatku bertahan dan menghadapinya dengan tenang walaupun seringkali saya kena pukulan dan tinjunya.

Pukulan dan tinjunya tidak membuat ku lemah, bahkan saya mendapat kekuatan dari Allah untuk bangkit. . Ketika saya tidak sadarkan diri dan kembali siuman saya bisa dengan cepat mengantarnya ke rumah sakit walaupun dalam keadaan pincang. Sesampainya dirumah, saya hanya bisa merasakan sakit diseluruh tubuh dengan biru lebam di paha, lengan, kaki dan pinggang saya. Tanpa seorang Ayah dan Ibu.. aku berusaha dengan keras menjadi yang terbaik untuk adik-adiku, itulah kekuatan yang Alloh berikan untuku, hanya kepadaNYA saya meminta pertolongan.

Harapan untuk sembuh selalu ada, walaupun tidak sesempurna sebelumnya tetapi kita adalah manusia yang selalu diberi kekuatan oleh Alloh.. saya yakin Alloh telah memberikan cobaan yang bisa kita jalani. Beberapa teman yang mengalami Schizophernia masih bisa menikah, bekerja dan mempunyai anak walaupun mereka harus tetap mengkonsumsi obat dari dokter. Tetap semangat dan optimis untuk sembuh adalah kunci dari kesembuhan orang dengan Schizophernia.

Saya copy Paste artikel dari kabarinews.com
Oleh: Dr Taruna Ikrar
(University of California, School of Medicine, Irvine, USA


Skizofrenia atau Schizophrenia merupakan penyakit mental yang ditandai dengan gangguan proses berpikir dan respon emosional yang buruk. Kondisi tersebut sering bermanifestasi sebagai halusinasi pendengaran, delusi paranoid atau hambatan berpikir yang disertai disfungsi sosial.
Faktor genetika dan lingkungan memberi andil yang besar munculnya kelainan ini. Demikian pula aspek neurobiology, dan proses psikologis serta sosial menjadi faktor pencetus. Para ahli dewasa ini, menfokuskan mencari tahu faktor pencetusnya pada peran neurobiology. Gejala yang kompleks telah memicu perdebatan tentang apakah diagnosis merupakan kelainan tunggal atau sejumlah sindrom.
(Gambar 1: Ilustrasi Penderita Skizofreania)
Pengobatan antipsikotik, yang terutama menekan dopamin (dan kadang-kadang serotonin) pada aktivitas reseptor system saraf. Psikoterapi dan rehabilitasi sosial juga penting dalam pengobatan. Dalam kasus yang lebih serius bahkan ada resiko untuk bunuh diri dan orang lain. Kondisi seperti ini harus dilakukan rawat inap.
Kelainan Skizofreania mempengaruhi kognisi atau cara berfikir, bahkan berkontribusi untuk masalah kronis dengan perilaku dan emosi. Orang dengan skizofrenia cenderung memiliki kelainan psikologis tambahan, termasuk depresi berat dan gangguan kecemasan. Hampir 50 persen masalah-masalah sosial, kemiskinan, pengangguran dan tunawisma berhubungan dengan kelai,nan ini. Bahkan hasil studi epidemologi menunjukkan masalah kesehatan fisik dan bunuh diri meningkat. (sekitar 5 persen).
Gejala Utama
Schizophrenia, merupakan penyakit yang telah ditemukan sejak ribuan tahun yang lalu. Penyakit ini memiliki gejala yang khas berupa:

(Gambar 2: Gejala Klinik Penderita Skizofrenia)

1.Penderita, tidak bisa membedakan antara kondisi yang nyata dan yang tidak nyata (halusianasi)
2.Biasanya juga berhubungan dengan masalah kecemasan (anxiety),depresi (depression), bahkan menjadi pencetus keinginan bunuh diri (suicidal)3.Sangat sensitive perasaannya dan tidak stabil (Irritable or tense feeling)4.Tidak bisa fokus dan berkonsentrasi
5.Susah bahkan tidak bisa tertidur (Insomnia)6.Dan pada tahap selanjutnya mengalami gangguan berpikir, perasaan, bahkan gangguan/kelainan tingkah laku (behavior), seperti: mendengar dan melihat sesuatu yang tidak nyata (halusinasi), terisolasi dari dunia nyata, kehilangan perasaan atau empati terhadap orang lain, bahkan delusion (keyakinan terhadap sesuatu yang tidak nyata), kalau berbicara meloncat-loncat dengan topik yang tidak saling berhubungan (loose associations).
Pembagian jenis Skizofrenia, biasanya berdasarkan gejala,
a). Skizofrenia Paranoid (Kecurigaan yang berlebihan), dengan gejala utama: cemas yang berlebihan, dan disertai kemarahan yang meletup-letup. Demikian pula dia meyakini bahwa orang lain berusaha untuk menyakiti bahkan ingin membunuhnya, atau sebaliknya orang mencintainya secara berlebihan.
b). Skizofrenia Disorganized, dengan gejala utama berupa: menunjukkan prilaku kekanak-kanakan, mengalami ketidak teraturan dalam pola pikir dan imajinasi,serta penampilan yang datar.
c). Skizofrenia katatonik, dengan gejala: perilaku aneh dengan ekspresi wajah meringis, kurangnya inisiatif untuk berbuat, kekakuan otot-otot tubuh sehingga mengalami gangguan postur tubuh, dan tidak memberikan reaksi atau respons terhadap aksi orang lain.
Dalam upaya mendiagnosa/menentukan jenis Skizofrenia yang diderita oleh pasien, dokter pada umumnya menggunakan standar, berupa anamnesa (pertanyaan terstruktur) yang mendalam, seperti: berapa lama gejala telah berlangsung, bagaimana perubahan fungsi kesadaran, latar belakang keluarga, mencari tahu ada/tidaknya faktor genetik dan riwayat keluarga, dan pemeriksaan penunjang dengan menggunakan CT Scanning dan MRI (Magnetic Resonance Imaging).
(Gambar 3: Perbandingan foto MRI penderita Skizofrenia dan orang normal)
Pengobatan
Dalam keadaan gangguan beratskizofrenia, dokter akan menganjurkan untuk menjalani perwatan Inap di Rumah Sakit Jiwa, hal ini demi keamanan pasien dan masyarakat sekitarnya. Banyak obat anti skizofrenia, baik berupa obat kimia, maupun pengobatan supportive dan ECT (Electro Convulsive Therapy).
(Gambar 4: Illustasi Penggunaan ECT pada penderita Skizofrenia di Rumah Sakit)
Pada umumnya, obat antipsikotik merupakan pengobatan yang paling efektif untuk skizofrenia. Obat tersebut mengubah keseimbangan kimia dan eletrolit, serta neurotransmitter di otak sehingga dapat membantu mengendalikan gejala. Obat tersebut misalnya: Clozapine, yang merupakan obat yang paling efektif untuk mengurangi gejala skizofrenia.
Terapi supportif juga bermanfaat bagi banyak penyembuhan skizofrenia. Terapi supportif itu, misalnya; pelatihan keterampilan sosial, dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi sosial. Keluarga penderita skizofrenia harus dididik tentang penyakit, sehingga mereka dukungan untuk kesembuhan pasien.
Karena penyakit Skizofrenia merupakan penyakit menahun, maka kesembuhan pasien sangat tergantung pada kedisiplinan penderita meminum obat. Olehnya peran keluarga pada saat penderita ini sudah diizinkan berobat jalan sangat besar. Hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga antara lain: Pentingnya keluarga membantu mengingatkan pemberian obat secara teratur dan benar dan mengelola efek samping, memperhatikan tanda-tanda awal bila penyakit tersebut kambuh dan apa yang harus dilakukan jika gejala tersebut, mengatasi gejala yang terjadi bahkan saat mengambil obat.
Dalam pengobatan penderita Skizofrenia yang menahun (Kronis), di Rumah Sakit jiwa, biasanya dokter memberikan terapi tambahan berupa, Electro Convulsive Therapy (ECT). ECT merupakan teknik pengobatan skizofrenia dan depressi berat, yaitu memberikan arus listrik dengan tegangan tertentu yang tidak membahayakan jiwa penderita, namun mmeberi efek yang signifikan dalam mengurangi gejala. (1005)
Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?48817









Tidak ada komentar:

Posting Komentar