Kamis, 28 Agustus 2014

Marshanda dan Bipolar

Belakangan ini media televisi sedang dipanaskan oleh issue tentang Marshanda yang mempunyai penyakit ganngguan bipolar. Sedangkan Marshanda sendiri tidak mengakui bahwa dirinya sedang sakit. Orang yang mengidap penyakit Bipolar hampir sama dengan Schizophrenia mereka tidak akan mengakui bahwa dirinya sedang sakit. Bahkan ketika kambuh mereka tidak akan menyadari bahwa hal yang mereka lakukan itu sebetulnya sedang dalam keadaan sakit.

Bipolar sekarang lebih terkenal karena Marshanda, saya sendiri sudah membaca penyakit ini dari tahun-tahun sebelumnya ketika adikku mengidap schizophrenia karena ternyata yang mengidap penyakit bipolar pun sama susah tidur. Untuk membedakan mana penyakit bipolar dan mana penyakit schizophrenia, akan saya bahas sedikit disini. Namun mohon maaf bila ilmu saya jauh dari cukup untuk menjabarkannya.

SKIZOFRENIA

Skizofrenia adalah gangguan psikotik kronis yang ditandai oleh episode  akut yang mencakup kondisi terputus dengan realitas, yang ditampilkan dalam ciri-ciri seperti waham , halusinasi, pikiran tidak logis, pembicaraan yang tidak koheren, dan perilaku yang aneh. 

Skizofrenia mempunyai 3 tipe :
1.  Tipe tidak terorganisasi
Yaitu kondisi kebingungan dan perilaku yang aneh, pembicaraan tidak koheren, halusinasi yang nyata, afek datar atau tidak sesuai, dan waham yang tidak terorganisasi.
2. Tipe katatonik
Gangguan yang nyata dalak aktivitas motorik di mana perilaku mungkin melambat menjadi stupor namun tiba-tiba berubah menjadi keadaan yang sangat teragitasi. Mereka mampu mempertahankan posisi yang tidak biasa selama berjam-jam misalnya berdiri mematung meskipun tungkai mereka menjadi bengkak
3. Tipe paranoid
·         Waham (biasnya bertema kebesaran, persenusi, atau kecemburuan) dan seringkali halusinasi auditoris.
  
Factor-Faktor Penyebab
1.  Factor biologis
·    Bukti kuat tentang kontribusi genetic utama.
·  Ketidakteraturan dalam system neurontransmitter di otak, terutama pada jalur di otak yang mengatur neurontransmitter dopamain
· Ketidaknormalan otak yang mendasari banyak kasus, seperti kerusakan structural atau deteriorasi gangguan otak atau pada jalur di otak pada bagian otak yang mengatur fungsi kognitif dan emosional
·   Kemungkinan adanya peran infeksi virus yang mempengaruhi perkembangan otak yang terjadi pada masa prenatal atau selama masa awal kehidupan
2. Perspektif psikodinamik
·   Menurut pandangan ini, skizofrenia mencerminkan ego yang yang dibanjirinya oleh dorongan-dorongan seksual primitive atau agresif atau impuls-impuls yang berasal dari id. Impuls-impuls tersebut mengancam ego dan berkembang menjadi konflik intrapsikis yang kuat.
·   Adanya hubungan intrapersonal yang tidak baik antara ibu dn anak. Pada masa kanak-kanak interaksi yang penuh kecemasan dan permusuhan antara anak dan orang tua membawa anak untuk mencari perlindungan pada dunia fantasi yang bersifat pribadi.
3.  Perspektif belajar
·    Adanya reinforcement positif atas tindakan yang dilakukannya.
4.   Psikososial
·    Pengalaman yang penuh stress dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan skizofrenia pada indivisu yang memiliki kerentanan secara genetic.

Factor-Faktor Pendukung
· Tidak adanya komunikasi dalam keluarga dan lingkungan keluarga yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan dan kecemasan mampu meningkatkan stress pada penderita skizofrenia
·    Adanya factor genetic yang berperan besar mengakibatkan seseorang mengalami skozofrenia.
·    Adanya modeling dan reinforcement positif terhadap perilaku skizofrenia

Factor-Faktor Penghambat
·    Lingkungan aman dan terkondisi dengan baik serta adanya komunikasi yang baik antar anggota keluarga dan komunitas mampu mengurangi stress pada penderita skizofrenia
·    Mengidentifikasi dan menangani anak-anak yang mungkin berisiko untuk mengalami di masa dewasanya kelak dilihat dari factor genetika
·    Pemberian vaksinasi berbagai macam virus untuk perempuan dengan perbaikan nutrisi dan perawatan prenatal .

Penanganan
Perawatan biomedis
·   Obat-obatan antipsikotik digunakan untuk mengendalikan simtom-simtom psikotik
Penanganan psikososial
·   Pendekatan berdasarkan psrinsip belajar, seperti system token ekonomi dan pelatihan keterampilan sosial, dapat membantu pasien skizofrenia mengembangkan perilaku yang lebih adaptiif.
Rehabilitasi psikososial
· Kelompok-kelompok self help dan program tempat tinggal yag terstruktur dapat membantu pasien skizofrenia menyesuaikan diri dengan kehidupan komunitas
Program intervensi keluarga
·  Intervensi keluarga digunakan untuk meningkatkan komunikasi dalam keluarga dan menguragi tingkat konflik dan stress keluarga.

DIAGNOSIS
Ciri-ciri klinis utama gangguan skizhoprenia
1.  waham/delusi
2.       2.  halusinasi
3.       3. pembicaraan yang tidak koheren atau ditandai dengan asosiasi longgar
4.       4. perilaku tidak terorganisasi atau katatotik.
4.       5. ciri-ciri negative (misalnya efek datar)



MANIK DEPRESIF / BIPOLAR
Menurut Barbara D.Ingersol, Ph.D dan Sam Goldstain, gangguan bipolar (juga dikenal sebagai ganguan manik depresif) adalah "suatu kondisi yang dicirikan oleh episode depresi yang diselingi dengan periode manakala suasana hati dan energi sangat meningkat. begitu meningkatnya hingga melampaui batas normal suasana hati yang baik". Fase peningkatan ini disebut mania. Gejalanya mungkin mencakup berpikir dengan sangat cepat. Cerewet, dan penurunan kebutuhan untuk tidur. Bahkan, sipenderita dapat terjaga selama berhari-hari tanpa tidur, tetapi tidak menunjukan tanda-tanda kehabisan energi. Gejala lain dari gangguan bipolar adalah perilaku yang sangat impulsif tanpa memikirkan konsekwensi
"Mania sering kali mempengaruhi cara berpikir, penilaian, dan prilaku sosial dengan cara yang menimbulkan problem serius dan hal-hal yang memalukan, terjadi hanya beberapa hari; dalam kasus lain, mania terus berlangsung selama beberapa bulan sebelum akhirnya digantikan oleh pasangannya, depresi.
Penyakit manic depressive (juga disebut gangguan bipolar) adalah jauh lebih berat dibandingkan perubahan suasana hati yang normal dan jarang terjadi pada anak-anak, lebih sering terjadi, yang bermula pada masa remaja atau awal masa dewasa.
Simptom pada saat DEPRESIF :
1.      Si penderita jadi melankolis,depresif sangat sedih, banyak menangis, dihinggapi ketakutan dan kegeliasahan.
2.      Perasaanya : tidak pernah merasa puas . merasa tidak berguna dan disia-siakan hidupnya, merasa sebatang kara di dunia. Jadi pasif, acuh tak acuh dan apathies.
3.  Dihinggapi halusinansi-halusinansi dan delusi-delusi yang menakutkan atau yang menimbulkan kepedihan hati,. Adanya penyesalan atas kesalahan atau dosa di masa lampau.
4.      Merasa jemu hidup dan putus asa : ingin mati dan melakukan usaha-usaha untuk bunuh diri. Kadang- kadang dibarengi dengan gejala stupor -komplit atau dihinggapi catalepsy ( seluruh badan jadi kaku dan tidak bisa digerakkan atau dibengkokan).Diam saja dalam waktu yang lama , tidak mau bicara serta menolak untuk makan dan minum. Ia menarik diri secara total dari rangsangan-rangsangan sosial.
5.      Kesadaranya jadi kabur, biasanya disertai retardasi motorik dan retradasi mental yang mungkin memburuk
Ciri-ciri depresi :
1.     Ada perasaan murung dan putus asa
2.   Hilang ambisinya, retardasi mental dan respon-respon motoriknya
3.   Orientasi dan ingatannya belum banyak terganggu.
4.   Hilang aktivitasnya, mengasingkan diri secara total.
5. Dalam status hypochondria, dipenuhi delusi-delusi menyalahkan diri sendiri. Ada rasa berdosa,pikiran-pikiran yang tidak riil,delusi-delusi mersa hina sengsara dan miskin sekali
6. Sama sekali jadi membeku diam mematung , menolak untuk berbicara,makan,atau bergerak.mengasingkan diri secara total dari lingkunagannya.
7.   Kesadaranya kabur karena banyak dihinggapi delusi-delusi yang campur aduk. Banyak penderita psikhosa ini selalu bergerak dari status depresi/melankholis beralih pada status mania (exited)

Simptom-simptom pada saat manis/manik (gembira,exited)
1.  Penderitanya jadi sangat aktif, amat ribut dan lari kesana-kemari. Gerakkannya banyak sekali. Banyak berbicara dengan cepat dan ketawa-tawa riang; suka bernyanyi-nyanyi dan mengeluarkan kata-kata atau  bahasa yang kotor-kotor dan biasanya pasien amat gelisah
2.   Sangat tidak sabaran dan tidak toleran. Menjadi irritable dan gelisah.
·  Kesadaranya kabur, idenya campur aduk dan khaotis. Dan tidak lagi mengenal larangan dan pantangan-pantangan (inhibition).
·         Ada disorientasi total terhadap ruang,tempat,dan waktu.
·        Emosinya pendek-pendek dan meledak-ledak. Dalam keadaan exited ini pasien sering melakukan kekerasan , membanting-banting dan merusak segala sesuatu yang dapat dijangkaunya. Jadi ribut dan kegila-gilaan.
·        Dikejar-kejar oleh ilusi-ilusi serta halusinasi-halusinasi visual yang berhubungan dengan penderangan atau telinga.
·         Pada stadium berat, jika pasien mengalami saat manis dia bias melakukan serangan-serangan ,kekerasan dan usaha-usaha untuk membunuh atau bunuh diri.
Diagnosis
Banyak anak dengan penyakit manik depresif memperlihatkan campuran mania-sebuah penyataan kegembiraan, eksitasi, berpikir cepat, sifat lekas marah, dan sombong (dimana anak tersebut merasa dia memiliki talenta besar atau telah membuat sebuah penemuan penting)-dan depresi.Mania dan depresi terjadi secara serempak atau dalam perubahan cepat. Selama peristiwa mania, tidur terganggu, anak tersebut bisa menjadi agresif, dan performa sekolah sering menurun. Anak dengan penyakitmanic depressive tampak normal antara peristiwa, sebaliknya anak dengan hiperaktif, yang memiliki keadaan tetap pada aktivitas yang meningkat. Karena ADHD bisa menghasilkan beberapa gejala-gejala serupa, perbedaan diantara 2 keadaan tersebut adalah penting.
Phikhosa manis depresif ini merupakan kekalutan mental yang serius berbentuk gangguan emosionil yang ekstrim, yaitu terus-menerus bergerak antara gembira-ria tertawa-tawa (elation) sampai dengan rasa depresif sedih putus asa. Penderitanya selalu dihinggapi ketegangan-ketegangan afektif dan agresi yang terhambat-hambat. Impulsnya kuat,tapi pendek dan tidak bias dikontrol atau dikendalikan. Misalnya kacau, ingatanya jadi makin mundur. Pasien jadi sangat egosentris, dan tingkah lakunya kekanak-kanakan.selalu merasa gelisah dan tidak pernah merasa puas.
Factor Penghambat
Adanya  usaha-usaha preventif; yaitu mengejar anak-anak dan orang muda untuk mengekspresikan emosinya dengan mekhanisme yang positif, dan menghindari penekanan-penekanan yang berlebih-lebihan terhadap luapan emosinya.

Rabu, 11 Juni 2014

HARAPAN SCHIZOPHRENIA BISA SEMBUH

Setiap kali saya mengantar si bungsu periksa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin bandung, ternyata kami tidak sendirian. Antrian pun ada 10 (sepuluh) orang, itu berarti dalam sehari ada pasien 10  (sepuluh) orang setiap bulannya yang datang sewaktu dengan kami... belum yang datang yang tidak sewaktu dengan kami mungkin lebih dari 10  (sepuluh) orang. Anggaplah sedikitnya 10  (sepuluh) orang pasien dengan Schizophernia, jika dalam seminggu hanya 5 (lima) hari kerja maka sebulan ada 20 (duapuluh) hari x 10  (sepuluh) orang = 200 (dua ratus) orang yang sakit Schizophernia. Silahkan hitung sendiri jika di tiap rumah sakit ada bagian poli jiwanya., saya hitung hanya di rumah sakit hasan sadikin saja.

Coba jika anda tengok di cisarua lembang, antrian bisa puluhan orang.. bahkan si Bungsu ketika dibawa ke Cisarua dia tidak tahan untuk menunggu lama, dia mulai tidak nyaman dan bolak balik toilet, makanan dimakan semua sampai mau muntah. Setelah tidak tahan dia mulai berteriak dan meminta kami untuk pulang saja. Saya yang mengantar bersama adik saya yang perempuan ketakutan ketika dia mulai histeris.
Anehnya, para dokter dan suster terlihat tidak panik, mungkin sudah terbiasa dengan hal semacam itu. Kami terus mencoba menenangkannya sampai akhirnya si Bungsu kabur keluar mau pulang. kami pun mengejarnya dan membujuknya untuk kembali ketempat antrian.

Ya... Cisarua lembang... beratus mungkin beribu orang dengan Schizophernia ringan sampai akut ada disana. Saya sebagai seorang kakak yang mempunyai adik dengan pasien Schizophernia merasa tidak sendirian disana, saking banyaknya orang-orang yang bernasib sama dengan adikku. Disekeliling kami penuh dengan orang-orang aneh (menurutku) tetapi tidak bagi penderita karena mereka tidak merasa sakit ataupun berbeda secara tidak sadar. Ada yang diam saja dipojokan, ada yang duduk sambil bengong, ada yang sedang tertawa terbahak-bahak, bahkan ada yang berteriak-teriak mencaci maki mantan suaminya, sampai bahasa kotor dan porno keluar dari mulutnya. Saya pertama kali datang merasa ketakutan, tetapi lama-lama saya kebal terhadap mereka bahkan merasa iba.

Saya yakin mereka datang kerumah sakit dengan harapan bisa sembuh dan kami pun demikian.. agar adik kami bisa sembuh dari penyakit ini tetapi dibutuhkan kesabaran dan waktu yang cukup lama bahkan tidak bisa hanya berobat saja, dukukungan keluarga pun sangat diperlukan agar semangat mereka tumbuh untuk bisa sembuh dari penyakitnya.

Terkadang dilema buat kami, ketika kami harus berada disampingnya tetapi dia sangat berbahaya bagi kami. Mencoba untuk bertahan dengan keadaan yang seperti itu, dia tetap adik bungsu kami dan kami sangat menyayanginya.. sangat.. sedih memang harus berada disamping si bungsu yang membutuhkan kami tetapi tanpa kami prediksi dia akan secepat kilat menyerang kami... seperti Hulk di film-film... yang kami alami bukan film tetapi kenyataan yang harus kami hadapi setiap harinya bahkan tiap detik kami tidak pernah tenang karena secara tiba-tiba sibungsu akan berubah menjadi orang yang tidak kami kenal. Namun, cukuplah dengan mengerti dan memahami apa yang sedang si bungsu alami.. itu bisa membuatku bertahan dan menghadapinya dengan tenang walaupun seringkali saya kena pukulan dan tinjunya.

Pukulan dan tinjunya tidak membuat ku lemah, bahkan saya mendapat kekuatan dari Allah untuk bangkit. . Ketika saya tidak sadarkan diri dan kembali siuman saya bisa dengan cepat mengantarnya ke rumah sakit walaupun dalam keadaan pincang. Sesampainya dirumah, saya hanya bisa merasakan sakit diseluruh tubuh dengan biru lebam di paha, lengan, kaki dan pinggang saya. Tanpa seorang Ayah dan Ibu.. aku berusaha dengan keras menjadi yang terbaik untuk adik-adiku, itulah kekuatan yang Alloh berikan untuku, hanya kepadaNYA saya meminta pertolongan.

Harapan untuk sembuh selalu ada, walaupun tidak sesempurna sebelumnya tetapi kita adalah manusia yang selalu diberi kekuatan oleh Alloh.. saya yakin Alloh telah memberikan cobaan yang bisa kita jalani. Beberapa teman yang mengalami Schizophernia masih bisa menikah, bekerja dan mempunyai anak walaupun mereka harus tetap mengkonsumsi obat dari dokter. Tetap semangat dan optimis untuk sembuh adalah kunci dari kesembuhan orang dengan Schizophernia.

Saya copy Paste artikel dari kabarinews.com
Oleh: Dr Taruna Ikrar
(University of California, School of Medicine, Irvine, USA


Skizofrenia atau Schizophrenia merupakan penyakit mental yang ditandai dengan gangguan proses berpikir dan respon emosional yang buruk. Kondisi tersebut sering bermanifestasi sebagai halusinasi pendengaran, delusi paranoid atau hambatan berpikir yang disertai disfungsi sosial.
Faktor genetika dan lingkungan memberi andil yang besar munculnya kelainan ini. Demikian pula aspek neurobiology, dan proses psikologis serta sosial menjadi faktor pencetus. Para ahli dewasa ini, menfokuskan mencari tahu faktor pencetusnya pada peran neurobiology. Gejala yang kompleks telah memicu perdebatan tentang apakah diagnosis merupakan kelainan tunggal atau sejumlah sindrom.
(Gambar 1: Ilustrasi Penderita Skizofreania)
Pengobatan antipsikotik, yang terutama menekan dopamin (dan kadang-kadang serotonin) pada aktivitas reseptor system saraf. Psikoterapi dan rehabilitasi sosial juga penting dalam pengobatan. Dalam kasus yang lebih serius bahkan ada resiko untuk bunuh diri dan orang lain. Kondisi seperti ini harus dilakukan rawat inap.
Kelainan Skizofreania mempengaruhi kognisi atau cara berfikir, bahkan berkontribusi untuk masalah kronis dengan perilaku dan emosi. Orang dengan skizofrenia cenderung memiliki kelainan psikologis tambahan, termasuk depresi berat dan gangguan kecemasan. Hampir 50 persen masalah-masalah sosial, kemiskinan, pengangguran dan tunawisma berhubungan dengan kelai,nan ini. Bahkan hasil studi epidemologi menunjukkan masalah kesehatan fisik dan bunuh diri meningkat. (sekitar 5 persen).
Gejala Utama
Schizophrenia, merupakan penyakit yang telah ditemukan sejak ribuan tahun yang lalu. Penyakit ini memiliki gejala yang khas berupa:

(Gambar 2: Gejala Klinik Penderita Skizofrenia)

1.Penderita, tidak bisa membedakan antara kondisi yang nyata dan yang tidak nyata (halusianasi)
2.Biasanya juga berhubungan dengan masalah kecemasan (anxiety),depresi (depression), bahkan menjadi pencetus keinginan bunuh diri (suicidal)3.Sangat sensitive perasaannya dan tidak stabil (Irritable or tense feeling)4.Tidak bisa fokus dan berkonsentrasi
5.Susah bahkan tidak bisa tertidur (Insomnia)6.Dan pada tahap selanjutnya mengalami gangguan berpikir, perasaan, bahkan gangguan/kelainan tingkah laku (behavior), seperti: mendengar dan melihat sesuatu yang tidak nyata (halusinasi), terisolasi dari dunia nyata, kehilangan perasaan atau empati terhadap orang lain, bahkan delusion (keyakinan terhadap sesuatu yang tidak nyata), kalau berbicara meloncat-loncat dengan topik yang tidak saling berhubungan (loose associations).
Pembagian jenis Skizofrenia, biasanya berdasarkan gejala,
a). Skizofrenia Paranoid (Kecurigaan yang berlebihan), dengan gejala utama: cemas yang berlebihan, dan disertai kemarahan yang meletup-letup. Demikian pula dia meyakini bahwa orang lain berusaha untuk menyakiti bahkan ingin membunuhnya, atau sebaliknya orang mencintainya secara berlebihan.
b). Skizofrenia Disorganized, dengan gejala utama berupa: menunjukkan prilaku kekanak-kanakan, mengalami ketidak teraturan dalam pola pikir dan imajinasi,serta penampilan yang datar.
c). Skizofrenia katatonik, dengan gejala: perilaku aneh dengan ekspresi wajah meringis, kurangnya inisiatif untuk berbuat, kekakuan otot-otot tubuh sehingga mengalami gangguan postur tubuh, dan tidak memberikan reaksi atau respons terhadap aksi orang lain.
Dalam upaya mendiagnosa/menentukan jenis Skizofrenia yang diderita oleh pasien, dokter pada umumnya menggunakan standar, berupa anamnesa (pertanyaan terstruktur) yang mendalam, seperti: berapa lama gejala telah berlangsung, bagaimana perubahan fungsi kesadaran, latar belakang keluarga, mencari tahu ada/tidaknya faktor genetik dan riwayat keluarga, dan pemeriksaan penunjang dengan menggunakan CT Scanning dan MRI (Magnetic Resonance Imaging).
(Gambar 3: Perbandingan foto MRI penderita Skizofrenia dan orang normal)
Pengobatan
Dalam keadaan gangguan beratskizofrenia, dokter akan menganjurkan untuk menjalani perwatan Inap di Rumah Sakit Jiwa, hal ini demi keamanan pasien dan masyarakat sekitarnya. Banyak obat anti skizofrenia, baik berupa obat kimia, maupun pengobatan supportive dan ECT (Electro Convulsive Therapy).
(Gambar 4: Illustasi Penggunaan ECT pada penderita Skizofrenia di Rumah Sakit)
Pada umumnya, obat antipsikotik merupakan pengobatan yang paling efektif untuk skizofrenia. Obat tersebut mengubah keseimbangan kimia dan eletrolit, serta neurotransmitter di otak sehingga dapat membantu mengendalikan gejala. Obat tersebut misalnya: Clozapine, yang merupakan obat yang paling efektif untuk mengurangi gejala skizofrenia.
Terapi supportif juga bermanfaat bagi banyak penyembuhan skizofrenia. Terapi supportif itu, misalnya; pelatihan keterampilan sosial, dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi sosial. Keluarga penderita skizofrenia harus dididik tentang penyakit, sehingga mereka dukungan untuk kesembuhan pasien.
Karena penyakit Skizofrenia merupakan penyakit menahun, maka kesembuhan pasien sangat tergantung pada kedisiplinan penderita meminum obat. Olehnya peran keluarga pada saat penderita ini sudah diizinkan berobat jalan sangat besar. Hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga antara lain: Pentingnya keluarga membantu mengingatkan pemberian obat secara teratur dan benar dan mengelola efek samping, memperhatikan tanda-tanda awal bila penyakit tersebut kambuh dan apa yang harus dilakukan jika gejala tersebut, mengatasi gejala yang terjadi bahkan saat mengambil obat.
Dalam pengobatan penderita Skizofrenia yang menahun (Kronis), di Rumah Sakit jiwa, biasanya dokter memberikan terapi tambahan berupa, Electro Convulsive Therapy (ECT). ECT merupakan teknik pengobatan skizofrenia dan depressi berat, yaitu memberikan arus listrik dengan tegangan tertentu yang tidak membahayakan jiwa penderita, namun mmeberi efek yang signifikan dalam mengurangi gejala. (1005)
Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?48817