Rabu, 17 April 2013

KESABARAN TIADA BATAS

Sebelumnya aku ini mo berterimakasih sama Tuhan yang telah menciptakan aku seperti sekarang ini.
Sesuatu yang menurut kita baik, belum tentu baik menurut Allah dan sesuatu yang menurut kita jelek belum tentu jelek menurut Allah.
Allah telah mempersiapkan garis kehidupan semua hambanya sesuai dengan yang Allah mau, tentu adalah baik menurut Allah...
Hari ini Aku mulai menulis lagi padahal sudah kangen dari dulu pengen nulis..curhatnya ke Allah terus, sharingnya ke Allah terus.. jadi lupa nulis (hehehe..)
SABAR..
SABAR..
SABAR..
"Kesabaran itu ada batasnya!!! aku sudah tidak kuat lagi!!" teriakan, jerit tangis dan kata-kata tersebut mungkin sering terucap kepada kita yang notabene mempunyai segudang masalah.
Ya, masalah adalah hidup.. kalau tidak ada masalah ya tidak ada kehidupan, mati sekalian!.. umpatku dalam hati.. saking keselnya dengan kata-kata kesabaran ada batasnya.
Menurutku sabar itu tiada batas, jika ada batasnya ya bukan sabar lagi namanya (hehe..:D)
Suatu hari aku sudah tidak bisa berdaya lagi.. akhirnya aku pun mengluarkan kata-kata.. bahwa kesabaran itu sampai mana siiiih...aku menangis, terhenyak dilantai, terpojok kaku di ujung tembok sambil bersila dan tertunduk lemas dan aku pun bekatata lirih.. "Ya Allah aku pasrah pada MU" tetesan air mataku tidak pernah berhenti setiap hari.
Kejadian demi kejadian telah memporak porandakan hatiku juga tubuhku, aku sudah tidak bisa menghitung lagi berapa tempat telah ku cari dan kutitipkan si Bungsu agar dia bisa sembuh..
Andaikan dia sakit, sakit apa? aku pasti mengurusnya, asalkan tidak membahayakan orang-orang disekitarnya, kami sering ketakukan kalau dia sudah mulai tidak terkontrol dan bahasa yang dia keluarkan, keluhan yang dia ucapkan sungguh diluar akal kita...dan aku... Mengerti, hanya itu cukuplah dengan mengerti keadaanya yang seperti itu.
Saat ini dia berada di sebuah tempat yang jauh dengan ku, sejak April dia kutitipkan kepada seorang Bapak yang sangat baik menerima untuk mengurus semua keperluan si Bungsu semoga dia bisa hidup dengan tenang tanpa ketakutan, ada hal-hal yang tidak bisa kumengerti tetapi aku harus mengerti dan maklum.
Setahun sudah aku tidak melihat wajahnya, setahun pula aku tidak merasakan tinjunya, setahun aku tidak pernah lagi menenangkannya, setahun aku tidak mendengan jeritan-jeritannya "Aya nu manasaaaaaan!! sia manasan wae!!!" barang dirumahpun berantakan .. atau jeritan yang selalu membuat bulukuduku berdiri "Aya Malaikat maut, tuh... sieun maot!" subhanallah.... sekarang ini aku hanya bisa menangis ketika mengingat kejadian-kejadian tersebut.
Teman-teman yang senasib dengan ku mungkin mengalami yang sama denganku, aku hanya bisa berkata "SABAR" adalah kunci dimana kita bisa berserah diri, walaupun nyawa kita terancam, hati kita juga sangat ketakutan...
Wahai teman, percayalah... Allah telah menititpkan mereka kepada kita-kita yang sanggup dan berani menghadapi orang-orang dengan schizofhrenia.Cobaan yang Allah berikan tidak akan sama, telah ada kadarnya masing-masing jadi aku percaya... sabar tidak ada batasnya :)

1 komentar:

  1. Tulisanmu terasa nyata sekali, sangat nyata persis yang kualami, pengalaman yang amat mengerikan menyedihkan mencekam menjadi satu, takkan pernah orang biasa merasakan apa yg kita rasakan

    BalasHapus